KOTAMOBAGU- Setiap daerah memiliki tradisi berbeda- beda dalam menutup perayaan Idul Fitri. Di Kelurahan Motoboi Besar, Kecamatan Kotamobagu Timur, tradisi menggelar Hari Raya Binarundak atau lebih dikenal dengan Nasi Jaha (lemang) untuk menutup perayaan Idul Fitri, terus dijaga dan dilestarikan.
Kegiatan ini digelar Rabu (28/6), kemarin. Warga kelurahan ini punya alasan mengapa Hari Raya Binarundak rutin digelar setiap tahun. Karena kegiatan ini memiliki nilai filosofis yang sangat mendalam dari waktu atau masa ke masa. Menurut Lurah Motoboi Besar Zulfan Pombaile, binarundak bisa artikan sebagai makanan tradsional yang bisa menyatukan. Sebagaimana rempah-rempah yang digunakan pada binarundak, semua rempahnya menyatu dalam wadah bambu.
“Makanan ini merupakan simbol pemersatu. Makanya coba perhatikan, di setiap hajatan di Kotamobagu, binarundak selalu ada. Karena itu untuk menyambut sanak saudara yang mudik ke kampung saat lebaran, kegiatan bakar binarundak bersama atau kami sebut Hari Raya Binarundak digelar. Biar kita selalu menyatu sebagai keluarga,” kata Zulfan.
Kegiatan ini digelar tepat hari ke empat setelah Idul Fitri. Tujuannya sebagai acara penyambutan warga kelurahan ini terhadap sanak saudara yang pulang dari rantau. Sekaligus juga jamuan bagi sahabat dan kerabat yang berasal dari kelurahan/desa tetangga.
Pantauan kroniktotabuan.com, sejak pagi warga sudah sibuk di halaman rumah masing- masing. Lelaki tua dan muda sibuk mengisi beras ketan yang sudah dicampur bumbu ke dalam bambu kuning yang sudah dipotong – potong. Setelah proses itu selesai, binarundak dibakar/dimasak. Sedangkan wanita tua dan muda sibuk memasak dan menyiapkan lauk pauk yang akan dimakan dengan binarundak.
Tahun ini warga membuat sekira 5.000 buah binarundak. Diperkirakan bahan yang habis digunakan, beras ketan 1.250 kilogram (Kg), 1.500 buah kelapa, 2,5 ton sabut kelapa, jahe 200 Kg, bawang merah 150 Kg, garam 75 Kg, gula putih 50 Kg, bambu kuning 5.000 ruas.
“Kalau anggaran untuk membuat binarundak, ditanggung masing- masing oleh warga. Karena ini sudah tradisi jadi wajib bikin. Saudara dan tamu yang datang kan dijamu di rumah masing- masing. Kecuali yang dibikin di masjid, itu ada anggarannya dari pemerintah,” kata Gito Mokoagow, salah satu warga.
Banyak warga dari kelurahan lain datang ikut merayakan. Siang hingga malam hari, di rumah- rumah warga sesak dengan pengunjung yang datang silaturahmi sekaligus menikmati nikmatnya makanan tradisional ini.
Wali Kota Kotamobagu Tatong Bara yang hadir bersilaturahmi dengan warga Motoboi Besar di acara Hari Raya Binarundak menyatakan, ke depan kegiatan ini akan diformulasi sedemikian rupa oleh pemerintah karena bisa menjadi magnet tersendiri bagi Kotamobagu
“Semua menyatu di kegiatan ini. Tentu ini nilai positif kita peroleh dan pemerintah sangat mengapresiasi terhadap kegiatan yang seperti ini,” kata Tatong. (rab)