BOLMONG- Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Tahlis Gallang, menceritakan masa lalunya saat ditolak masyarakat Lolak ketika ia dilantik sebagai camat beberapa tahun lalu.
Itu ia ceritakan saat melantik Yunius Mokoginta sebagai Camat Lolak yang baru menggantikan DR. Deysyelin Wongkar, pekan lalu.
Tahlis Gallang menjabat sebagai Camat Lolak pada masa pemerintahan Bupati Marlina Moha Siahaan.
“Saya ditolak karena umurnya masih muda. Pada waktu itu Camat yang saya gantikan adalah Camat senior, Pak Muhamad Mokoginta. Bayangan masyarakat Lolak saat itu yang menggantikan adalah senior, ternyata salah. Saya tatap muka pertama di masjid Mongkoinit. Saat itu setelah salat Jumat, saya langsung dihujani dengan interupsi, tapi setelah saya pelajari lama-kelamaan Alhamdulillah akhirnya terterima juga,” kenang Tahlis.
Tak hanya itu, Tahlis juga mengatakan Kecamatan Lolak merupakan kecamatan yang sangat kompleks. Karena menurutnya, di kecamatan ini ada berbagai macam suku, ras, dan bahkan semua penganut agama ada di Lolak.
“Saya menyebutnya multi etnis. Saya saat menjabat Camat Lolak, ada dua keunggulan yang selalu saya katakan. Pertama, Kecamatan Lolak yang sangat fanatik terhadap ajaran agamanya dan budaya masing-masing sukunya. Kedua, selalu menjunjung tinggi nilai-nilai perbedaan yang ada di lingkungannya. Saya mengalami sendiri karena selama kurang lebih satu tahun saya menjabat, ini suatu kekayaan yang luar biasa,” ungkapnya.
Mengingat semua itu, Tahlis juga ingatkan kepada Camat yang baru agar jangan memberikan kesan bahwa hanya memimpin satu umat saja, akan tetapi harus menjadi Umara (Pemimpin seluruh umat).
“Tugas utama seorang pemimpin itu, harus bisa menjaga toleransi antar umat,” tandas Tahlis. (len)