
KOTAMOBAGU – Penyebaran virus flu burung (H5N1) di Kota Kotamobagu makin mengkhawatirkan. Virus yang pekan lalu ditemukan di Desa Kopandakan I, Kecamatan Kotamobagu Selatan, ternyata terus menyebar hingga ke kelurahan/desa lain. Bahkan terindikasi lebih parah lagi karena jumlah unggas yang mati mendadak jumlahnya sudah mencapai ratusan.
Kondisi ini membuat tim dari Balai Besar Veteriner Maros, Sulawesi Selatan, turun langsung ke Kotamobagu melakukan penindakan. Data dibeber Dinas Pertanian Peternakan Perikanan Perkebunan Kehutanan dan Ketahanan Pangan (DP4K & KP) Kotamobagu, hingga kemarin sudah ditemukan 246 unggas yang mati mendadak dan semua positif terserang flu burung.
Kepala Seksi Pengendalian, Pengembangan, Peternakan dan Kesehatan DP4K & KP Kotamobagu Hewan Abdul Manaf Pudul mengatakan, kasus unggas mati mendadak terbanyak ditemukan di Kelurahan Mongkonai, Kecamatan Kotamobagu Barat. Di sini 141 ekor ayam mati terserang virus yang bisa menjangkiti manusia tersebut.
“Kasus di Mongkonai terjadi sejak 11 Oktober lalu namun baru dilaporkan ke DP4K & KP kemarin. Kalau kasus terbaru yang ditemukan hari ini di Desa Pontodon , Kecamatan Kotamobagu Timur. 49 ekor ayam positif flu burung,” kata Pudul usai mendampingi tim Balai Besar Medik Veteriner Maros.
Selain di dua wilayah itu, unggas mati mendadak karena flu burung juga ditemukan lagi di Kelurahan Sinindian sebanyak 10 ekor dan Desa Kopandakan 22 ekor. Upaya antisipasi agar virus tidak terus menyebar terus dilakukan DP4K & KP. Pudul menambahkan, meski sudah ada kasus ratusan unggas mati karena flu burung, tetapi ini belum masuk kategori luar biasa. Flu burung juga baru menyerang unggas dan belum ada indikasi menyerang manusia.
“Sterilisasi sudah dilakukan di semua titik yang kita temukan kasus. Kami sudah langsung melakukan rapid test. Seluruh unggas yang mati mendadak sudah dikubur dan ada juga dibakar. Kami akan melakukan pengawasan lebih ketat dan mengimbau pentingnya biosecurity di lingkungan kandang. Biosecurity untuk mencegah penularan flu burung kepada manusia,” jelas Pudul.
Tim dokter dari Balai Besar Medik Veteriner Maros, Muklihana mengatakan, sepanjang 2016 ini dari seluruh daerah di bawah pemantauan mereka, baru terjadi dua kasus yakni Merauke dan Kotamobagu. Timnya datang karena adanya kasus di Kopandakan I pekan lalu.
“Namun setelah sampai di sini, ternyata sudah menyebar. Beberapa tahun ini terjadi kasus flu burung, untuk wilayah di bawah tanggung jawab kami, belum pernah kasus flu burung menyerang manusia. Kecuali di Jawa sudah pernah ada. Kami juga sudah lakukan sterilisasi di kandang unggas milik warga,” ujar Muklihana.
Muklihana menambahkan, sudah menghimbau warga terutama yang unggasnya mati untuk menjaga kebersihan kandang, dan mengurangi kontak dengan unggas. “Tim ahli kami di Balai Besar Veteriner Maros saat ini sedang melakukan pemeriksaan sampel yang dibawa dari Kotamobagu untuk memastikan apakah virus yang menyerang unggas di sini adalah flu burung dengan turunan baru atau bukan. Saya belum bisa memastikan itu,” tandasnya.
Sementara itu, Sonya Pasambuna warga Desa Pontodon yang unggasnya dinyatakan positif flu burung mengungkap, sehari sebelumnya dia melihat ada keanehan terhadap puluhan ternaknya di dalam kandang. Dia kaget, kemarin 49 ekor ayam yang dipeliharanya di kandang tak jauh dari rumah mendadak mati semua.
“Saya langsung hubungi dinas dan ternyata setelah diperiksa positif flu burung. Yang masih hidup langsung dimusnahkan agar tidak menyebar,” kata Sonya. (zha)