KRONIK TOTABUAN, Kotamobagu – Sejumlah warga Kelurahan Upai, Kecamatan Kotamobagu Utara, saat ini tengah menghadapi krisis air bersih yang telah berlangsung selama hampir tiga pekan.
Situasi ini tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari dan mobilitas warga, tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius mengenai kinerja dan transparansi pihak terkait dalam penanganan masalah air bersih di wilayah Kotamobagu Utara. Kekeringan pasokan air bersih yang terjadi sejak awal bulan ini telah memaksa warga untuk melakukan upaya ekstra dan berbiaya besar demi memenuhi kebutuhan dasar mereka.
“Kami sudah hampir tiga minggu tanpa air bersih. Ini sangat menyulitkan, semua aktivitas jadi terhambat. Setiap hari kami harus mengangkut air dari rumah kerabat yang jaraknya lumayan jauh,” ujar salah seorang warga.
Hal yang paling disayangkan dan dipertanyakan oleh warga adalah adanya ketidakadilan dalam distribusi air di wilayah kelurahan tersebut. Warga di jalur sebelah kanan (dari arah Desa Sia) mengalami mati total selama tiga pekan, sementara pasokan air bersih di jalur sebelah kiri dilaporkan tetap berjalan lancar tanpa kendala.
“Kami heran, kalau memang ada masalah teknis, kenapa di jalur sebelah kiri airnya lancar terus, sementara di jalur kami mati total? Kami mempertanyakan sistem distribusi air ini,” tuntut warga lainnya.
Kritik utama warga juga ditujukan kepada minimnya perhatian dan komunikasi dari pihak pengelola air dan Pemerintah Daerah terkait dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kotamobagu selaku penanggung jawab proyek air bersih di Kelurahan Upai tersebut.
Sampai rilis ini dikeluarkan, warga mengaku belum menerima informasi resmi mengenai penyebab pasti atau kendala teknis yang menyebabkan pasokan air di jalur mereka terhenti total.
“Kami tidak diberitahu terkait masalah atau kendala apa yang menyebabkan pasokan air bersih di jalur kami mati total. Kami juga menuntut penjelasan terkait solusi konkret dan estimasi waktu sampai kapan hal ini akan berlangsung. Ketiadaan informasi membuat kami merasa tidak dihargai dan diabaikan,” tegas sekelompok warga.
Kondisi ini menegaskan bahwa kebutuhan dasar masyarakat tidak terpenuhi dan menyoroti buruknya manajemen krisis serta pelayanan publik terutama penanganan kasus seperti ini. Warga menuntut agar pihak terkait segera turun tangan, melakukan investigasi menyeluruh terkait diskriminasi distribusi pasokan, dan memberikan solusi permanen terkait kesulitan air bersih yang dialami warga selama hampir tiga pekan terakhir.(Rto)





Discussion about this post