
KOTAMOBAGU– Harga cabai di Kotamobagu naik drastis. Salah satu kebutuhan pokok rumah tangga ini sudah meyentuh Rp150 per kilogram (kg), padahal Januari lalu masih stabil di kisaran Rp25- 30 ribu per kg. Sedangkan cabe merah yang sebelumnya Rp15 ribu per kg kini naik menjadi Rp50 ribu per kg.
Kenaikan harga cabai ini terjadi merata di empat pasar tradisional yang ada di Kotamobagu, masing- masing Pasar 23 Maret, Serasi, Poyowa Kecil dan Genggulang. Kenaikan signifikan ini sangat dirasakan masyarakat, terutama ibu rumah tangga. Namun pedagang juga tak ada pilihan. Agar tidak mengalami kerugian harus menjual dengan harga seperti itu.
Saiful Kasim, 32, pedagang cabai di Pasar Serasi mengatakan, rata- rata mereka pedagang cabai di pasar ini hanya mendapatkan stok dari pengepul. Padahal sebelumnya mereka langsung mendapat stok dari petani baik yang berasal dari Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Bolaang Mongondow (Bolmong) dan Kotamobagu.
Yeti Karim, 40, pedagang cabai di Pasar 23 Maret mengaku, distributor khusus pemasok cabai sejak beberapa hari terakhir belum datang- datang memasok. Begitu juga saat mereka mendatangi petani, tidak ada stok.
“Kalau stok sudah normal harga pasti turun,” kata Yeti, Kamis (2/3).
Melejitnya harga cabai saat ini dampaknya sangat dirasakan masyarakat terutama pelaku usaha rumah makan. Indah Mamonto, pemilik rumah makan di Kotamobagu Tmur berharap, kenaikan cabai yang terjadi saat ini segera dicarikan solusinya oleh pemerintah. “Pengaruh sekali kenaikan cabai ini pada usaha kami,” ujar Indah.
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menegah Kotamobagu, Herman Aray mengatakan, kenaikan harga disebabkan cuaca ekstrim yang melanda seluruh kawasan Bolaang Mongondow Raya (BMR).
“Kami sudah mengecek harga bahan pokok. Memang kenaikan harga signifikan terjadi pada cabai. Pasokan dari petani yang sangat terbatas jadi penyebab. Ada tim kami terus mengawasi pedagang agar tidak mempermainkan harga dan stok,” kata Herman. (rez)