BOLMONG- Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Ketut Kolak mengungkapkan, masalah gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu lama atau stunting, dampaknya lebih membahayakan ketimbang Covid 19.
“Karena akan menyebabkan lost generation. Orang stunting itu semuanya menglami keterlambatan. Mulai dari pertumbuhan sampai perkembangan otaknya. Bisa dibayangkan kalau generasi penerus muncul stunting, 20 tahun ke depan apa yang kita harapkan dari generasi penerus kita,” katanya Rabu (11/11/2020)di kantornya.
Karena itulah, kata Kolak, stunting masuk dalam Program Prioritas Nasional (Pro – PN).
Bahkan keseriusan pemerintah menangani stunting, untuk di Bolmong perlu dikeroyok sejumlah dinas.
Lanjutnya, di Bolmong yang jadi lokus stunting, sejumlah dinas terlibat. Di antaranya Dinas PUPR, Bappeda, Dinas Kesehatan, Pertanian dan lainnya. DPPKB sendiri melawan Stunting dari hulu.
“Kami mulai mencegah stunting dari perkawinan di usia dini. Hal itu menjadi salah satu penyebab sunting. Jika anak kawin di usia dini ditambah lagi ekonomi lemah maka potensi terjadinya stunting sangat besar, makanya kita cegah dari perkawinan di usia dini,” ujar Kolak.
Menurut Kolak, berkat sosialisasi yang intens oleh pihaknya ke masyarakat, angka pernikahan dini di Bolmong pun mulai menurun. (len)




