
KOTAMOBAGU– Keputusan Walikota Tatong Bara menerbitkan Surat Keputusan (SK) pendirian Pasar Senggol di Desa Poyowa Kecil, Kecamatan Kotamobagu Selatan, dinilai keliru. Keberadaan Pasar Senggol yang sengaja dijauhkan dari pusat kota dan pertokoan tersebut dinilai hanya akan memberatkan masyarakat kecil dan pedagang.
Hal itu diungkapkan Ketua Keluarga Pelajar Mahasiswa Indonesia Bolaang Mongondow (KPMIBM) Cabang Makassar, Febri Bambuena. Menurutnya, alasan Pemkot memindahkan Pasar Senggol dari Gogagoman ke Poyowa Kecil hanya karena persoalan kesemrawutan tidaklah tepat.
Di mana- mana kata Febri, pusat perbelanjaan pertokoan maupun kaki lima akan semrawut karena macet ketika menjelang lebaran. “Malah kalau Pasar Senggol pindah ke Poyowa Kecil, Pemkot hanya akan menciptakan titik kesemrawutan baru. Apalagi di sana tidak ada terminal, akses jalan hanya satu jalur. Saya yakin lebih semrawut dari apa yang selama ini terjadi di pusat kota,” kata Febri, Mingu (11/6).
Salah satu tokoh Pemuda Kotamobagu Utara ini mengatakan, Pasar Senggol bukan sekadar kepentingan pemuda Gogagoman. Lebih dari itu, kepentingan seluruh masyarakat menengah ke bawah di Kotamobagu dan daerah tetangga yang selama ini menjadikan Pasar Senggol pilihan berbelanja jelang lebaran.
“Tentu selain murah, akses juga lebih mudah kalau di Gogagoman. Karena masyarakat cukup satu kali naik kendaraan baik bentor atau angkot. Artinya, hanya sekali bayar tarif, masyarakat sudah bisa belanja semua kebutuhan. Karena dekat pertokoan, dekat pasar juga. Artinya, lebih hemat. Masyarakat bisa mudah membandingkan harga dengan barang di toko. Kalau di Poyowa Kecil, coba dihitung berapa budget khusus untuk tarif angkutan saja,” katanya.
“Sedangkan pedagang, saya kira mereka akan berpikir berjualan di Poyowa Kecil. Mereka akan mengalami kerugian. Apalagi kita tahu bersama, pedagang di Pasar Senggol itu rata- rata berdomisili di sekitar Gogagoman. Sudah pernah ada pengalaman Pasar Senggol dipindah ke Kotobangon, sepi. Pengunjung kurang, pedagang merugi. Itu semua harus dipertimbangkan oleh Pemkot terutama walikota,” ujarnya.
Febri menambahkan, perlu dipertimbangkan juga oleh walikota soal stabilitas keamanan jelang lebaran. Pemindahan Pasar Senggol, kata dia, sangat berpotensi menimbulkan gangguan keamanan.
“Pasar Senggol itu setiap tahun ada ratusan orang mencari nafkah di situ menjelang lebaran. Baik jualan, jaga parkir, jaga keamanan dan sebagainya. Artinya kalau dipindah, bisa bayangkan berapa orang kehilangan sumber pencaharian mereka. Saat mereka protes, pasti aparat diturunkan. Janganlah masyarakat dibenturkan dengan aparat. Pemimpin harus melihat dan mendahulukan kepentingan masyarakat banyak. Apalagi Pasar Senggol hanya beberapa hari saja,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Disperindag & UKM Kotamobagu Herman Aray mengatakan, Pasar Senggol tetap akan didirikan di Poyowa Kecil sesuai SK walikota sudah terbit. “Pekan ini sudah mulai didirikan di Poyowa Kecil. Tidak ada perubahan SK,” kata Herman. (rab)