Las Vegas – Dalam debat calon presiden Amerika Serikat ketiga dan terakhir sebelum Pemilu bulan depan dilaksanakan (8 November), kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Hillary Clinton menyebut pesaingnya dari Republik Donald Trump adalah orang yang sangat berbahaya jika terpilih menjadi Presiden AS.
Kedua kandidat beradu pandangan terkait sejumlah isu, mulai dari kebebasan menggunakan senjata, aborsi, ekonomi hingga kebijakan AS di Irak dan Suriah. Serangan personal terhadap kedua kandidat dan saling interupsi masih mewarnai debat kali ini seperti debat-debat sebelumnya.
Dalam debat yang disiarkan stasiun tv AS dan media online AS, Clinton mengatakan Trump adalah orang yang berbahaya jika menjadi presiden AS. Pendapatnya didasarkan atas pandangan Trump terhadap perempuan, kebebasan bersenjata, imigrasi, dan perang terhadap terorisme.
Dalam debat, Trump mengatakan dirinya mendukung kebebasan warga negara AS membawa senjata dan menentang aborsi. Sementara, Clinton mendukung pengetatan pengawasan senjata api dan mengatakan negara tidak berhak mengatur keputusan soal aborsi.
“Saya mendukung kebebasan membawa senjata api tetapi harus ada peraturan yang lebih ketat. 33.000 orang per tahun meninggal karena senpi. Kita harus menutup lubang dalam perizinan dan melakukan pengawasan latar belakang. Donald didukung NRA (asosiasi penjual senjata api AS),” kata Hillary.
Sementara Trump mengatakan,”Chicago paling ketat tapi kasus senpi tinggi. Saya mendukung kebebasan membawa senjata. Saya pro life, dan secara otomatis jika hakim agung pilihan saya ditempatkan, maka, mereka akan menolak aborsi.”
Bagi Hillary, aborsi boleh dilakukan sepanjang alasan kesehatan seperti keselamatan si ibu terancam. “Negara tidak perlu campur tangan dalam pilihan personal nan sulit yang dilakukan oleh seorang ibu”.
Terkait isu imigrasi, Donald Trump menegaskan pandangannya terkait membatasi masuknya imigran gelap ke AS dengan membangun tembok. “Kita butuh perbatasan yang lebih ketat. Kriminal dan bandar narkoba masuk ke perbatasan AS. Saya akan membangun dinding.”
Menanggapi Trump, Clinton mengatakan bahwa lawan politiknya bersikap hipokrit. “Trump malah menggunakan imigran ilegal untuk membangun gedungnya. Kalau mereka melawan, Trump mengancam akan mendeportasi mereka.”
“Saya tidak ingin memisahkan keluarga. Ada 11 juta imigran ilegal. Butuh banyak penegak hukum untuk mengelompokan imigran ilegal dan mengusir mereka. Soal tembok, Presiden Meksiko hanya tertawa, dia bilang tidak akan terjadi,” kata Clinton.
Terkait isu Wikileaks yang mendiskreditkan Hillary, dirinya mengatakan Wikileaks dibocorkan dari Rusia untuk mempengaruhi pemilu AS. “(Presiden Rusia) Vladimir Putin ingin Trump menang supaya bisa dijadikan bonekanya”.
Trump tampak marah dan menginterupsi Hillary beberapa kali.
Mengenai masalah perekonomian AS, Hillary mengatakan akan memberikan kesempatan kepada kelas menengah, UKM, dan meciptakan lapangan kerja di industri manufaktur dan energi bersih. “Saya akan bekerja sama dengan Bernie Sanders (kandidat capres Demokrat yang kalah dari Hillary) membuat universitas bebas utang dan membuat yang kaya berkonstribusi lebih banyak lewat pajak”.
Hillary juga menuduh Trump menggunakan besi impor ilegal dari Tiongkok untuk membangun kerajaan real estatnya.
Trump mengatakan akan merenegosiasi perjanjian perdagangan bebas yang dianggap merugikan. “Free trade saya dukung tapi saya akan perbaiki NAFTA karena merusak lapangan kerja”.
Trump juga kembali menuduh pemilu AS dicurangi dan ragu-ragu akan menerima kekalahan (jika dia kalah) dalam Pemilu.
“Pemilu AS dicurangi. Hillary seharusnya tidak bisa mencalonkan diri karena dirinya terlibat skandal email. Mereka juga membayar orang untuk melakukan provokasi di kampanye saya,” kata Trump.
Trump juga menuduh sembilan perempuan yang melaporkan pernah dilecehkan olehnya sebagai orang bayaran tim Clinton.
Hillary membalas,”Beginilah Trump sebenarnya. Jika dia kalah maka dia akan berteriak curang. Lucu tapi menggelisahkan”.
Terkait posisi AS di Suriah, Hillary menegaskan tidak akan menurunkan pasukan dan mengedepankan negosiasi, sementara Trump terus mengkritik keputusan AS menarik pasukan dari Mosul yang menurutnya, menyebabkan Islamic State lahir.
Sumber: BeritaSatu.com