KOTAMOBAGU– Dinas Pertanian Peternakan Perikanan Perkebunan Kehutanan dan Ketahanan Pangan (DP4K & KP) Kotamobagu mengungkap unggas yang mati mendadak karena flu burung (H5N1) terus terus bertambah. Bahkan langkah responsif telah dilakukan termasuk oleh Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Sulawesi Utara (Sulut) guna mencegah virus menyebar ke daerah lain.
16 Oktober lalu kata Hardi, tim Dispertnak Sulut turun dan melakukan pemusnahan unggas di Mongkonai, Mogolaing dan Kopandakan I. “Kebetulan pas mereka turun, terjadi lagi kasus unggas mati mendadak di tiga kelurahan itu,” kata Kepala DP4K & KP Kotamobagu, Hardi Mokodompit.
Penyebaran virus flu burungi makin mengkhawatirkan. Uji laboratorium oleh Balai Besar Veteriner Maros atas sampel unggas di Kopandakan I, Kecamatan Kotamobagu Lolayan, belum ada. Tetapi flu burung yang menyebar di Kotamobagu saat ini sudah berbahaya. Apalagi berdasarkan rapid test flu burung yang menyerang unggas di daerah ini adalah tipe A atau sudah rawan menjangkiti manusia.
Namun begitu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotamobagu menyebut kasus flu burung saat ini belum termasuk kejadian luar biasa (KLB) karena belum ada manusia yang terjangkit.
“Di salah satu lokasi penemuan unggas yang positif flu burung ada warga yang kami periksa. Warga tersebut takut sudah kena flu burunh karena sakit flu tidak sembuh- sembuh. Hasilnya hanya flu biasa. Tapi kami salut dengan warga yang punya inisiatif meminta diperiksakan kesehatannya seperti itu,” kata Sekretaris Dinkes, Ahmad Yani Umar.
Menurut Yani, Dinkes sudah membentuk tim khusus untuk menangani warga yang terjangkit flu burung. Tim khusus gabungan dari Dinkes, DP4K & KP, serta Badan Lingkungan Hidup (BLH).
“Sterilisasi titik yang sudah ditemukan kasus akan dimaksimalkan. Kami selalu mengimbau pentingnya biosecurity di lingkungan kandang. Biosecurity untuk mencegah penularan flu burung kepada manusia,” tutupnya. (zha)