Menu

Mode Gelap

Berita Ekonomi

Ini Fakta tentang Merger Bank Syariah, Mulai Aset hingga Soal Nasib Karyawan


14 Okt 2020 17:47 WITA


 Ini Fakta tentang Merger Bank Syariah, Mulai Aset hingga Soal Nasib Karyawan Perbesar

JAKARTA – Proses merger bank syariah nasional dimulai dengan penandatanganan perjanjian penggabungan atau conditional merger agreement (CMA) pada Senin petang, 12 Oktober 2020. Ketiganya adalah PT Bank BRI Syariah (Tbk), PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah.

Proses penggabungan anak usaha bank milik negara ini ditargetkan rampung pada Februari 2021. “Setelah merger, bank syariah akan menempati posisi ketujuh atau atau kedelapan top ten perbankan di Indonesia,” ujar Ketua Tim Project Management Office (PMO) sekaligus Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Hery Gunardi dalam konferensi pers yang dihelat secara virtual pada Selasa, 13 Oktober 2020.

Proses merger membutuhkan waktu relatif lama lantaran manajemen harus lebih dulu mengurus izin persetujuan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Manajemen pun mesti memperoleh restu dari pemegang saham melalui mekanisme rapat umum pemegang saham.

Hery belum mendetailkan tentang rencana pengembangan bank syariah ke depan. Ia hanya menyebut bahwa  pada 20 Oktober nanti, PMO bakal mengumumkan hal-hal terkait peta bisnis bank setelah merger, komposisi pemegang saham, layanan bank, serta rencana lainnya.

Berikut ini sejumlah fakta terkait penggabungan bank syariah.

Bank BRI Syariah jadi survivor
Bank BRI Syariah akan menjadi survivor alias cangkang, yakni entitas yang menerima penggabungan (surviving entity). Musababnya, BRI Syariah sudah lebih dulu melantai di bursa efek ketimbang dua bank lainnya. Sebagai perusahaan terbuka, nantinya pembiayaan bank syariah diperkirakan terus bertumbuh setidaknya mencapai rata-rata laju pertumbuhan majemuk tahunan yang sebesar 15-17 persen per tahun.

Aset tembus Rp 220-225 triliun
Proses merger bank syariah Himbara akan menyatukan aset milik ketiga anak usaha bank BUMN yang diperkirakan mencapai Rp 220-225 triliun. Dengan demikian, setelah merger, bank syariah himbara digadang-gadang tergolong sebagai sepuluh bank syariah terbesar secara global berdasarkan kapitalisasinya.

Bahkan, bank syariah himbara didorong menjadi bank dengan potensi kapitalisasi market terbesar, yang pada 2025 akan mengantongi aset Rp 395 triliun. Sedangkan target pembiayaan pada lima tahun mendatang mencapai Rp 272 triliun dengan pendanaan Rp 355 triliun.

Bidik penjualan sukuk global
Bank syariah himbara akan mengincar market untuk penjualan surat utang atau sukuk global setelah ketiganya berhasil melakukan penggabungan pada Februari 2021. “Seperti global sukuk, tentu pasarnya cukup banyak,” ujar Hery.

Saat ini, ia mengakui perbankan syariah di Indonesia masih tertinggal dalam mengeksplorasi pasar sukuk. Padahal, bank syariah memiliki pasar yang besar di negara-negara Islam, seperti di Timur Tengah.

Tak ada PHK karyawan
Hery menjamin merger bank syariah tidak akan berbuntut terhadap pemutusan hubungan karyawan atau PHK. “Bank hasil merger siap bersaing dengan bank syariah Indonesia maupun global. Kami pastikan tidak ada pengurangan karyawan karena akan menjadi satu keluarga besar,” ujar Hery.

Seluruh karyawan dari ketiga bank akan ikut membangun perusahaan dan membesarkan entitas. Selain karyawan, Hery meyakinkan aksi korporasi tidak akan berdampak terhadap perubahan-perubahan yang merugikan nasabah.

“Sampai hari ini tidak ada perubahan apa-apa. Nasib nasabah masih sama saja karena belum legal merger,” tuturnya.

Masih tertinggal dengan negara lain
Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir mengungkapkan alasan pemerintah berinisiatif menggabungkan tiga bank syariah nasional. Ia menjelaskan, sebagai negara dengan populasi umat muslim terbesar dunia, Indonesia masih tergolong tertinggal dengan negara Islam lainnya. “Dan kita harus bangkit,” ujar Erick Thohir.

Di tengah masa krisis karena pandemi, dia pun berharap pasar keuangan syariah akan memperkuat pemulihan ekonomi nasional. Erick mengatakan sistem bank syariah yang mengutamakan keadilan dan transparansi membuat perbankan mampu bertahan di era kritis, bahkan menorehkan kinerja positif.

Langkah ini dinilai menjadi panggilan bagi ekonomi syariah untuk mendorong kemakmuran masyarakat. Di samping itu, Erick menyebut sebagai negara dengan populasi umat muslim terbesar di dunia, sudah semestinya Indonesia memiliki bank syariah yang kuat. “Indonesia harus bisa menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia,” katanya.(*)

tempo

Komentari
Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Rumah Kripik Azzahra UMKM Binaan RB Kotamobagu Turut Berpartisipasi di Bazar UMKM BRIlian

17 Februari 2025 - 15:51 WITA

BRI Kotamobagu Komitmen Berikan Akses Pembiayaan Cepat Serta Digitalisasi Transaksi Pelaku UMKM

17 Februari 2025 - 15:48 WITA

Jalin Kerjasama, BRI Kotamobagu Teken PKS Bersama Karutan Kotamobagu

11 Februari 2025 - 19:56 WITA

Listrik Padam 25 Jam, Belasan Kedai Kopi di Kotamobagu Rugi Banyak

12 Desember 2024 - 18:19 WITA

Hari Pelanggan Nasional 2024, BRI Kanca Kotamobagu Beri Pelayanan Istimewa Kepada Nasabah

4 September 2024 - 16:04 WITA

Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-79 BRI Kanca Kotamobagu Berlangsung Sukses dan Khidmat

18 Agustus 2024 - 11:01 WITA

Trending di Berita Daerah