• Berita Terbaru Sulawesi Utara, Totabuan, Indonesia – KronikTotabuan.com
Sabtu, Oktober 4, 2025
  • Login
No Result
View All Result
NEWSLETTER
kroniktotabuan.com
  • Berita Nasional
  • Berita Daerah
    • Berita Sulawesi Utara
      • Berita Bolmong
      • Berita Bolmut
      • Berita Boltim
      • Berita Bolsel
      • Berita Kotamobagu
    • Berita Musi Banyuasin
  • Berita Ekonomi
  • Berita Politik
  • Berita Hukum
  • Berita Olahraga
  • Berita Hiburan
    • Artis
    • Film
  • Advertorial
  • Berita Nasional
  • Berita Daerah
    • Berita Sulawesi Utara
      • Berita Bolmong
      • Berita Bolmut
      • Berita Boltim
      • Berita Bolsel
      • Berita Kotamobagu
    • Berita Musi Banyuasin
  • Berita Ekonomi
  • Berita Politik
  • Berita Hukum
  • Berita Olahraga
  • Berita Hiburan
    • Artis
    • Film
  • Advertorial
No Result
View All Result
kroniktotabuan.com
No Result
View All Result
Home Headline News

Otoritas

by Rensa
Maret 13, 2021
in Headline News, Pojok Penulis
A A
0
Otoritas
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

OLEH: TYO MOKOAGOW

Apakah otoritas memenjarakan atau membebaskan kita? Apakah otoritas untuk penguasa atau mereka yang dikuasai?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan nakal menyeruak dari balik bilik dada kita ketika memasuki wacana filsafat politik. Secara etimologis, otoritas berasal dari bahasa latin yaitu auctor atau auctoritas, yang secara formal didefinisikan sebagai kekuasaan atau hak untuk memberi perintah, mengambil keputusan, dan memaksakan kepatuhan. Yang menyandang otoritas itu adalah individu atau organisasi yang memiliki kuasa secara partikular di bidang politik. Tokoh-tokohnya adalah Niccolo Machiavelli, Thomas Hobbes, dan John Locke. Mereka punya pandangan serupa soal otoritas, tapi berbeda dalam fungsi dan bentuk.

Niccolo Machiavelli dikenal dengan karya Il Principle, Sang Pangeran, pada abad 16 sebagai hadiah untuk Medici penguasa Republik Florence saat itu. Berisi 26 bab dengan empat tema besar: jenis-jenis pemerintahan, bentuk-bentuk militer, karakter penguasa, dan situasi politik Italia serta rekomendasi untuk Medici agar bisa menjalankan kekuasaan dengan baik.

RelatedPosts

33 Pejabat Sulut yang Job Fit Hanya 22 Ikut Asesmen di BKN, Berikut Daftarnya!

2026 Sulut Kebagian Rp7,9 Triliun DTU, Lihat di Sini Rincian Diterima Kabupaten Kota

Belasan Tahun Rusak Parah, Bupati Yusra Bikin Jalan Desa Tungoi Mulus

Jenis-jenis pemerintahan ada empat. Pertama hereditary principalities, di mana kekuasaan ikut diwariskan lewat darah garis keturunan. Mixed principalities, di mana kekuasaan didapat dengan menguasai wilayah lain lalu menjadikannya sebagai subordinat. New principalities, di mana kekuasaan didapat dengan cara-cara baru entah lewat kriminal atau suara publik. Ecclesiastical principalities, semisal kekuasaan yang diperoleh lewat gereja atau institusi keagamaan lain. Militer juga dibagi empat: tentara bayaran, tentara yang dipinjam dari negara lain, tentara dari wilayah sendiri, atau gabungan dari tiga hal tersebut.

Baca Juga  Kuliah Gratis untuk Anak TNI dan Polri Program Hebat Ganjar- Mahfud

Baca Juga: Para Adiluhung Juga Hidup Minimalis

Penguasa ideal menurut Machiavelli adalah yang bersikap pelit daripada dermawan, kejam daripada pengasih, ingkar janji daripada menjaga janji tapi kehilangan tujuan. Namun seorang pangeran juga mesti mampu membuat dirinya tidak dibenci masyarakat sebab kehendak baik rakyat jauh lebih kuat dari benteng batu sekalipun. Pemimpin juga mesti bisa melahirkan proyek besar untuk menjaga reputasinya. Dan sebagai pangeran yang bijak, memilih penasihat yang tepat merupakan prasyarat mutlak daripada memilih mereka yang hanya membebek.

Machiavelli melihat banyak kekuasaan besar yang luluh lantak karena tidak melaksanakan nasihat-nasihat yang ditebarnya dalam Il Principle. Dengan mata bak psikolog, ia melihat manusia bisa dikendalikan keberuntungan dan kehendak bebas. Dan karena sang pangeran memiliki kehendak bebas, maka ia mesti bisa mengontrol kehendak masyarakat dengan kehendaknya lewat deskripsi pemimpin ideal yang dijabarkan Machiavelli sebelumnya.

Dalam hal kondisi alamiah manusia, Hobbes dan John Locke berseberangan. Hobbes menolak perbedaan kualitas antara manusia dan hewan, dua spesies ini punya kesamaan, yakni saling memakan. Locke berangkat dari asumsi tabula rasa, bahwa manusia lahir bak kertas kosong yang pada gilirannya diisi oleh pengalaman.

Hobbes terkenal dengan De Cive & Leviathan. Ia menolak Aristoteles yang berkata kalau kodrat manusia adalah hidup di Polis atau kota. Hobbes mengembalikan kodrat manusia sehingga setara dengan hewan, di mana kita pada dasarnya hidup di alam liar dan terbebas dari skema politik tertentu. Manusia pada dasarnya bersifat kompetitif, tidak adil, dan mudah untuk dikuasai. Tidak ada relasi yang menopang hubungan antar manusia selain relasi kepentingan semata.

Karena itu, dibutuhkan sosok raksasa yang mampu mengendalikan dan menguasai masyarakat. Di sini–sebagaimana filsuf lain yang suka meminjam mitologi Yunani untuk menambah daya magis filsafatnya–Hobbes memakai Leviathan, monster raksasa dalam dongeng Yunani silam. Leviathan itu dibutuhkan untuk mengontrol manusia yang pada dasarnya saling membinasakan dan saling makan bak serigala buas. Dalam arti lain, Leviathan dibutuhkan untuk melindungi individu dari individu lain. Hanya dengan demikian kedamaian dan ketertiban manusia bisa diraih.

Baca Juga  BKPP Siapkan Hotline Konsultasi Pendaftaran Seleksi CASN

Baca Juga: Kecemburuan Dalam Biologi Evolusioner

Leviathan sendiri merupakan perwujudan kekuasaan absolut untuk mengatur masyarakat. Leviathan dibagi menjadi empat: tentang kondisi alamiah manusia, penjelasan tentang terbentuknya masyarakat, kesamaan antara gereja dan Leviathan, kritik karena gereja bersikap keliru dan mesti meniru Leviathan untuk berkuasa. Dalam teori kontrak sosial, dianggap kalau masyarakat melakukan perjanjian dengan raja untuk melindungi setiap individu agar tidak dirugikan oleh individu lain yang saling memakan, konsekuensinya penguasa mesti memiliki kekuasaan mutlak atas masyarakatnya.

John Locke tidak sependapat dengan Hobbes yang mengasumsikan manusia pada dasarnya jahat. Manusia pada dasarnya baik ujar Locke. Kontrak sosial sendiri diperlukan karena itulah perwujudan dari kesadaran akan keterbatasan kebebasannya. Locke menumpahkan isi pikirannya dalam An Essay Concerning Human Understanding & Two Treatise of Government. Locke menilai setiap individu punya hak yang sama dan merupakan hal penting untuk melindungi hak tersebut. Demikianlah konsep hak milik pribadi khas demokrasi liberal menemukan pondasinya. Karena bebas merupakan kondisi alamiah manusia, maka kekuasaan mesti bekerja untuk menjaga kebebasan tersebut. Bila otoritas menurut Hobbes diperlukan demi kedamaian dan ketertiban, maka menurut Locke, otoritas diperlukan agar individu tidak khawatir menyelenggarakan kebebasannya dan kebebasan tersebut tidak membahayakan kebebasan individu lain.(*)

PENULIS ADALAH PEGIAT LITERASI DI KOMUNITAS LITERASIK DAN RUMAH BACA KOTAMOBAGU

Tags: 2021KotamobaguPOJOK PENULIStyo mokoagow
Rensa

Rensa

Next Post
Tahun 2021, HP Jenis Ini Tak Bisa Gunakan WhatsApp. Ada iPhone dan Samsung

Virtual Police Awasi Ujaran Kebencian Di Aplikasi Whatsapp

  • 33 Pejabat Sulut yang Job Fit Hanya 22 Ikut Asesmen di BKN, Berikut Daftarnya!

    33 Pejabat Sulut yang Job Fit Hanya 22 Ikut Asesmen di BKN, Berikut Daftarnya!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 2026 Sulut Kebagian Rp7,9 Triliun DTU, Lihat di Sini Rincian Diterima Kabupaten Kota

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemprov Sulut Gelar Asesmen Pejabat Eselon III, Dibuka Pj Sekprov Tahlis Gallang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dana Transfer Pusat ke Bolsel 2026 Dipotong, Bupati Iskandar Kamaru Paparkan Dampaknya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemprov Sulut Rakor dengan Kabupaten Kota, Gubernur Yulius Tekankan Hal Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Logo Utama
Logo Dewan Pers
Dewan Pers
No: 1014/DP-Verifikasi/K/V/2022 Verified
Logo AMSI
Anggota AMSI
No Result
View All Result
  • Harga Emas Hari Ininew
  • Live StreamingTV
  • Klasemen Sepak Bolanew
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Visi dan Misi
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • RSS KRONIKTOTABUAN
  • Karir
  • Info Iklan
  • Disclaimer
  • Survei Pembaca

© 2025 PT. Media Moroton Morigon

No Result
View All Result
  • Berita Nasional
  • Berita Daerah
    • Berita Sulawesi Utara
      • Berita Bolmong
      • Berita Bolmut
      • Berita Boltim
      • Berita Bolsel
      • Berita Kotamobagu
    • Berita Musi Banyuasin
  • Berita Ekonomi
  • Berita Politik
  • Berita Hukum
  • Berita Olahraga
  • Berita Hiburan
    • Artis
    • Film
  • Advertorial

© 2025 PT. Media Moroton Morigon

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In