KOTAMOBAGU– Daftar pemenang lomba Monuntul tahun 2019 di Kotamobagu sudah diumumkan, Selasa (11/6/2019).
Namun polemik muncul karena adanya ketidakpuasan dari Kepala Desa Tabang, Kecamatan Kotamobagu Selatan, Junius Dilapanga, sebagaimana diberitakan sebelumnya.
Baca Juga: Juri Dinilai Tak Paham Akar Sejarah, Sangadi Tabang: Penilaian Lomba Monuntul Menjijikan!
Menanggapi itu, Jainudin, Ketua Dewan Juri Lomba Monuntul mengatakan, kritikan atau apapun bentuknya sangat lumrah bagi juri.
Menurut dia, pasti akan selalu ada pihak yang puas dan kurang puas terhadap hasil penilaian. Yang bagi juri, kata dia, adalah melaksanakan tugas sesuai kriteria dan petunjuk teknis (juknis) yang ada, tanpa tendensi dan tekanan dari manapun.
“Soal juri dianggap tidak kompeten di bidangnya, saya rasa itu bukan ranah kami untuk menjawabnya. Bagian Kesra yang memilih kami tentu sudah punya pertimbangan sendiri soal itu. Mungkin bisa tanya langsung ke Pak Kabag Adin Mantali,” tulis Jainudin memberi tanggapannya lewat Massenger Facebook.
Soal tudingan juri tidak paham akar sejarah Monuntul, Jainudin, juga memberi penjelasan.
“Mengingat ini adalah lomba kreasi, maka bukan keharusan jika tuntul yang ada harus mengikuti pakem lamanya. Sesuai perkembangan zamannya, maka lomba ini sudah memberi ruang bagi terciptanya kreasi baru tuntul era baru, yang lebih inovatif dan menarik kita nikmati,”
“Kami bahkan mendorong agar ke depan, bobot penilaian lebih pada kreasi tuntul semata. Adapun penggunaan lampu hias, ke depan mungkin akan diabaikan dalam penilaian,” ujarnya.
Ini, kata dia, akan memberi ruang bagi desa/kelurahan lain untuk lebih bersemangat mengikuti lomba. Bahkan tidak hanya itu, juri juga mendorong Pemkot untuk memberikan poin lebih pada penggunaan bahan daur ulang dan energi alternatif dalam lampu tuntul.
“Misal penggunaan minyak kelapa untuk mengganti solar/minyak tanah, dan penggunaan bahan bekas untuk kreasi lampu/lampion, dan lain-lain. Sehingga ada nilai plus tersendiri jika ada unsur itu. Contoh dalam hal ini Kelurahan Mongkonai Barat yang sukses memaksimalkan ruang lapangan kecilnya dengan lampu hias dari bahan daur ulang bekas kaleng cat. Mereka mengubahnya menajdi lampiun indah. Dan msh banyak lagi kreasi lain untuk kami nilai,” ungkap salah satu pengurus Baznas Kotamobagu ini.
Dia juga menjawab soal kalimat Sangadi Tabang yang menyebut penilaian lomba Monuntul menjijikan.
“Ini mungkin berlebihan. Nilai dan tugas juri bukan pekerjaan hina, bukan pula melacurkan diri. Setidaknya kami dipilih mewakili banyak elemen. Ada wartawan, praktisi, profesional, LSM, bahkan tokoh pemuda. Kami bekerja atas dasar kriteria yang sudah dibuat dan ditetapkan Pemkot. Selama kami masih bisa bekerja objektif, kami yakin tidak ada masalah dengan hasil yang ke luar,” pungkasnya.
Dewan juri pada lomba Monuntul tahun ini di antaranya, Ketua Jainudin, Sekretaris Tofhan Mamonto, anggota masing-masing Juhari Tri Wahyudi Atmodjo, Joko Prasojo, Rahmat Gilalom, Rommy Faisal Lasupu, dan Suriadi Mokoagow. (zha)