Menu

Mode Gelap

Berita Ekonomi

Harga Emas Tergelincir, Ini Sebabnya


3 Feb 2019 11:09 WITA


 Harga Emas Tergelincir, Ini Sebabnya Perbesar

Jakarta – Harga emas tergelincir pada perdagangan akhir pekan akibat terbebani oleh data pekerjaan AS yang kuat. Namun, ‘batu kuning’ tetap pada jalur untuk kenaikan minggu kedua didukung oleh sinyal Federal Reserve AS yang akan menghentikan kenaikan suku bunganya.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 1 Februari 2019 waktu setempat, harga emas spot terkoreksi 0,25% atau 3,27 poin menjadi US$1.317,98 per troy ounce. Adapun, emas Comex turun 0,24% atau 3,2 poin menuju US$1.322 per troy ounce.

“Penurunan saat ini disebabkan oleh kombinasi laporan penggajian yang sangat kokoh, meskipun pemerintah AS ditutup, serta data manufaktur yang kuat dari AS,” kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam mulia dan dasar di BMO, dikutip dari Reuters, Sabtu, 2 Februari 2019.

“Emas juga memiliki kinerja yang baik minggu ini, melonjak di atas $ 1.300, jadi ada sedikit aksi ambil untung di sini.”

Dolar berbalik positif setelah data menunjukkan data Nonfarm Payroll di Amerika Serikat naik ke level tertinggi 11 bulan pada Januari. Hal ini membuat investor melakukan profit taking emas, sehingga harga terkoreksi. Namun, prospek keseluruhan untuk emas tetap positif, kata para analis.

Logam telah naik hampir 14% sejak mencapai terendah lebih dari 1-1,5 tahun pada bulan Agustus 2018, sebagian besar karena pasar saham yang kacau dan di tengah harapan The Fed dapat menghentikan siklus kenaikan suku bunganya.

“Komentar Ketua The Fed menegaskan kembali bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga (segera) akan membuat emas naik,” kata Miguel Perez-Santalla, wakil presiden Heraeus Metal Management di New York.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada hari Rabu kasus untuk kenaikan suku bunga telah “melemah,” dengan tidak meningkatnya inflasi atau stabilitas keuangan dianggap sebagai risiko, dan “arus lintas” termasuk memperlambat pertumbuhan di luar negeri dan penutupan sebagian pemerintah AS baru-baru ini membuat prospek AS kurang tertentu.

Powell menambahkan bahwa bank sentral AS mungkin berakhir dengan neraca yang lebih besar daripada yang diperkirakan.

“Juga, orang menunggu untuk melihat apa yang terjadi dengan negosiasi perdagangan (AS-Cina), dan karena itu, mereka masih memegang posisi emas dan membangun,” kata Perez-Santalla.(*)

Tempo/bisnis

Komentari
Artikel ini telah dibaca 31 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Lewat BRI Kanca Kotamobagu Salurkan Bingkisan Kepada Penyandang Disabilitas, Lansia dan Guru Ngaji

3 April 2024 - 22:44 WITA

Awal April Peralihan Jaringan Listrik MEP ke PLN Dimulai

25 Maret 2024 - 21:02 WITA

Presiden Jokowi Resmikan Pabrik Minyak Makan Merah untuk Meningkatkan Nilai Tambah bagi Petani Sawit

14 Maret 2024 - 20:22 WITA

Pj Bupati Apriyadi Ikuti RUPS Bank Sumsel Babel Tahun Buku 2023

6 Maret 2024 - 23:32 WITA

Pemkab Muba Ikuti Rakor Pengendalian Inflasi Bersama Kemendagri Secara Virtual

15 Januari 2024 - 20:17 WITA

Giat Donor Darah Gratis BRI Cabang Kotamobagu Disambut Antusias Warga

11 November 2023 - 14:24 WITA

Trending di Berita Daerah