Pojok Penulis – Beberapa tahun lalu Bolaang Mongondow Timur (Boltim) bak panggung pertunjukan yang tirainya disingkap namun nihil pementasan. Yah, celotehan ini sering terdengar dari beberapa kawan yang suka beranalogi soal tidak seriusnya Pemerintahan Boltim kala itu memoles paras pariwisata Boltim yang kusut, padahal itulah pementasan yang ditunggu-tunggu.
Kala itu, acapkali mengobrol perihal pariwisata di negeri Arunika (sansekerta; matahari terbit) dengan kawan yang ari-arinya ditanam di sana, jawabannya sama saja, ah nimbole moba harap, minya samua itu. Sebuah istilah yang sering digunakan untuk mengkiaskan janji tanpa ada realisasi.
Sengkarut pikiran saya menebak-nebak soal penyataan ini, hal ini mengantarkan asumsi bahwa mereka kecewa dengan segala tetek bengek yang mengatasnamakan pariwisata disana.
Padahal kala itu, sempat jagat maya heboh gara-gara sihir di bibir tebing yang kokoh, air berwarna toska dan pasir putih Tanjung Silar, destinasi wisata yang tidak kalah dengan Pantai Navario di Yunani, penggemar serial Drama Korea (Drakor) jelas tau lokasi yang sempat dijadikan set syuting drakor Descendants of The Sun yang diperankan Soo Jong Ki dan Song Hye Kyo, k-popers pasti kenal serial ini.
Baca Juga: Puisi, Barangkali Ibu Segala Rindu
Tak lama berselang, gagahnya juluran air dari tebing di belantara Matabulu berhasil bocor di media sosial, Air Terjun Dodandian begitu warga setempat menyebutnya, suara deru air yang deras seolah mengaum mememohon dilirik. Ah, lagi-lagi hebohnya hanya sebentar, alasannya akses yang sulit dan tak diperhatikan membuat pelancong berpikir berkali untuk datang disini.
Boltim itu Surga, seorang kawan bahkan berkelakar jika mau bertamasya melirik sudut kecil surga sebelum mati yang sebenarnya, datanglah ke Boltim. Benar!, yang lainnya menyahut.
Alasannya, selain beberapa yang disebutkan di atas, Pasir putih di Pantai Abadi, Pantai Molobog, Pantai Pramuka, Pantai Tanjung Woka, Pulau Nanas, Pulau Laga, Air Terjun Badaro, Air Terjun Purworejo, Danau Mooat, Danau Tondok, dan banyak lagi lanskap cantik di Boltim, sudah sewajarnya negeri ini disebut The Hidden Paradise.
Saat ini saya kira muskil jika penampakan potongan surga tersebut gagal membawamu datang untuk menjamahnya.
Saat ini, pesona Boltim seumpama gadis cantik yang selama ini tertutup kelambu, dan mulai disingkap. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boltim, dibawah komando Bupati, Sam Sachrul Mamonto, tidak main-main soal memoles Boltim sebagai etalase pariwisata di Bolaang Mongondow Raya (BMR) bahkan Sulawesi Utara. Setiap pekan, dirinya selalu enjoy menghabiskan waktu luangnya mengekplorasi destinasi wisata di Boltim, tanah leluhurnya.
Berlatar persepektif seniman dan pewarta, saat ini Sam tidak sedang berkelakar soal keindahan di negeri Arunika.
Sam, bagaimana kengkawan menyebutnya, berani mengisntruksikan seluruh kegiatan pemerintahan harus dilakukan di lokasi wisata yang ada di Boltim, “Kalau ingin berbakti, kenali dan cintai dulu tanah sendiri,” kalimat yang selalu ditegaskan orang nomor satu di Boltim ini untuk aparatur yang katanya mencintai tanah ini.
Sam tak sedang main-main, pernah suatu malam dirinya rela menghabiskan malam demi terbit mentari sewarna jingga di bibir pantai Molobog, lalu berpindah dengan perahu kayu untuk menyusuri pagi yang biru di atas pasir putih Abadi. Yang teranyar, keputusannya melompat dari tebing tinggi Tanjung Silar merupakan sebuah tanda, soal memoles pariwisata dirinya tidak sedang bercanda!
Penulis: Retho Bambuena