BOLMONG– Lantunan takbir, tahlil dan tahmid berkumandang sejak pukul 05.30 Wita di Desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow, sebagai tanda 1 Syawal 1440 Hijriyah dan umat muslim akan melaksanakan Salat Idul Fitri, Rabu (05/6/2019).
Sekira pukul 06.00 Wita, jamaah salat mulai datang memadati lapangan olah raga Odoman yang menjadi tempat pelaksanaan salat Idul Fitri, sambil menunggu khatib datang.
Imam Salat yakni S Manggo, Bilal R Toloy sedangkan Khatib Muhibbudin Syam yang merupakan Dosen di IAIN Sultan AMAI Gorontalo, satu-satunya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Gorontalo Provinsi Gorontalo.
Sebelum menyampaikan khutbah, takbir tahlil dan tahmid dia ucapkan diatas mimbar yang menghadap jamaah salat.
Dia menjelaskan, momentum Idul Fitri adalah menyempurnakan amalia ramadhan.
“Begitu banyak pelajaran dan hikmah penting yang dapat kita ambil di bulan ramadhan,” katanya.
Dalam kesempatan itu, dia juga kembali mengingatkan masyarakat Tanoyan Selatan dan Tanoyan Utara tentang ujian dan cobaan yang datang sebelum ramadhan.
“Ada kasus DBD yang membuat banyak orang di desa kita menjalani perawatan medis di rumah sakit, kematian 5 orang dalam lubang tambang, 7 warga tertimbun di lokasi busa bakan hingga konflik internal keluarga yang berbeda dalam pandangan saat proses pesta demokrasi,” ungkapnya.
Dia juga menyoroti problem sosial yang terjadi dalam desa Tanoyan Selatan dan Tanoyan Utara.
“Dikampung kita masih terjadi penyimpangan. Mewabahnya perjudian, merajalela pesta minuman keras, bahkan terkesan difasilitasi karena dijual di warung. Bahkan ada yang terang-terangan tidak berpuasa dan lebih mengejar materi dengan dalih berlebaran,” ujarnya.
Menurut Muhibudin, apa yang telah dia sampaikan melalui khutbah itu, menjadi tanggungjawab semua komponen masyarakat dan pemerintah desa.
“Ini terjadi di kampung kita Tanoyan Bersatu. Ini tanggungjawab bersama, bukan hanya pemerintah desa. Kita mengenang musibah yang terjadi di Palu, adalah cermin dan menjadi perhatian kita semua,” bebernya.
Bahkan, dia menyoroti lahirnya perbudakan orang tua dan tidak ada lagi sopan santun hingga membiarkan orang tua hidup terlantar.
“Mari berbenah dan melakukan taubatan nasuha. Marilah kita meningkatkan pengorbanan untuk pengabdian kepada orang tua. Jika ingin sukses bahagiakan orang tua. Bagi yang orang tuanya yang sudah meninggal, kirimkan doa kepada mereka.”
Diakhir khutbah, dia menceritakan kisah seorang ulama besar Ibrahim Bin Adham. Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke mesjidil Aqsa.
Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kilogram kurma dari pedagang tua di dekat mesjidil Haram.
Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak didekat timbangan.
Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya.
Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa.
Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra.
Ia shalat dan berdoa khusuk sekali.
Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.
“Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT,” kata malaikat yang satu.
“Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram,” jawab malaikat yang satu lagi.
Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak.
Jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya.
“Astaghfirullahal adzhim” ibrahim beristighfar.
Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma.
Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.
Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu.
Tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda.
“4 bulan yang lalu saya membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?” tanya ibrahim.
“Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma” jawab anak muda itu.
“Innalillahi wa innailaihi roji’un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?”.
Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat.
“Nah, begitulah” kata ibrahim setelah bercerita.
“Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?”.
“Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya.”
Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu.”
Setelah menerima alamat, ibrahim bin adham pergi menemui.
Biar berjauhan, akhirnya selesai juga.
Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh ibrahim.
4 bulan kemudian, Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubah Sakhra.
Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap.
“Itulah ibrahim bin adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain.”
“O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas.”
“Berhati-hatilah dengan makanan yang masuk ke tubuh kita. Seringlah bertanya apakah makanan yang kita makan sudah halal atau belum, apalagi makanan yang diberikan untuk keluarga kita,” tandas Muhibudin.
Dia kemudian membacakan doa diakhir khutbah. Setelah itu seluruh jamaah salat Idul Fitri di Desa Tanoyan Selatan saling berjabat tangan, berpelukan dan bermaaf-maafan. (ahr)