BOLMONG – Cuaca ekstrim yang melanda seluruh kawasan Bolmong Raya sejak sepekan ini, membuat sejumlah wilayah terjadi banjir hingga tanah longsor.
Di Kabupaten Bolmong, curah hujan ini dikhawatirkan akan berdampak buruk dikarenakan wilayah ini rawan bencana banjir hingga tanah longsor.
Kepala BPBD Bolmong, Haris Dilapanga dalam siaran pers, Minggu (29/4/2018) mengatakan, selain pergerakan cuaca lokal, aktivitas signifikan juga dipengaruhi aktifnya aliran massa udara basah atau fenomena skala regional.
“MJO (Madden Julian Oscilation) atau fenomena gelombang atmosfer tropis yang merambat ke arah timur dari samudera hindia ke samudera pasifik,” kata Haris.
Haris menjelaskan, MJO memiliki siklus perambatan 30 hingga 90 hari, dan dapat bertahan pada suatu fase sekitar 3 hingga 10 hari. Posisi fase basah (konvektif) MJO terpantau berada di wilayah maritim Indonesia.
“MJO fase ini memberikan pengaruh dalam meningkatkan suplay uap air yang berkontribusi pada pembentukan awan hujan di wilayah barat, tengah dan timur,” ujarnya.

Menurutnya, pertumbuhan awan yang signifikan diakibatkan banyak berkembangnya pusaran disekitar wilayah Indonesia sebagai pemicu pemusatan massa udara dan jalur pertemuan angin.
“Sementara dari sisi iklim, adanya MJO dapat meredam suhu panas dan kekeringan di wilayah yang telah mengalami musim kemarau. Ini tidak berarti musim kemarau gagal atau tertunda. MJO diperkirakan aktif hingga awal mei nanti,” terangnya.
BPBD tambah Haris, melakukan alisa khusus di wilayah Bolmong. Sementara diperkirakan cuaca ekstrim masih akan terjadi beberapa hari kedepan.
“Untuk itu kami mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana yang dapat terjadi setiap saat,” katanya. (rza)