
KOTAMOBAGU– Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotamobagu menggelar screening hipotiroid kongenital kepada seluruh bidan, perawat dan petugas lab di setiap Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Kegiatan tersebut digelar di aula Dinas Kesehatan Kotamobagu, Rabu (5/4). Tujuannya untuk menambah sumberdaya para petugas agar mampu mendeteksi kekurangan produksi hormon tiroid pada bayi sejak lahir atau biasa disebut hipotiroid kongenital.
Kekurangan produksi hormon tiroid pada bayi sejak lahir dapat berakibat fatal. Keterlambatan mengembalikan fungsi tiroid normal pada bayi dapat menyebabkan kerusakan yang menetap pada otak.
“Lewat pelatihan ini kita menginginkan hipotiroid bisa terdeteksi sejak dini. Harus diingat bahwa hormon berfungsi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Baik fisik maupun mental,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kotamobagu, Apek Daeng Mangati.
Apek menjelaskan, bayi yang kekurangan hormon tiroid, bisa mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi. Misalnya tubuh cebol, lidah besar, bibir tebal, hidung pesek, kesulitan bicara, dan keterbelakangan mental atau idiot.
“Screening hipotiroid kongenital adalah uji saring untuk memilah bayi denganhipotiroid kongenital dari bayi sehat. Pada bayi baru lahir, gangguan ini tidak menunjukkan gejala sehingga perlu uji saring pada bayi yang baru lahir sebagai alat deteksi dini. Screening hipotiroid kongenital dilakukan pada bayi berumur 48-72 jam,” katanya menjelaskan.
Sekretaris Dinkes Yanni Umar menambahkan, bidan atau perawat yang sudah ikut pelatihan screening hipotiroid kongenital akan lebih maksimal lagi saat bertugas. Saat bayi baru lahir, dalam waktu tidak lebih dari tiga minggu hasil screening hipotiroidkongenital terhadap bayi dapat diketahui orang tua bayi.
“Hasil pemeriksaan dapat diketahui lebih cepat serta pengobatan dini dapat mencegah kerusakan otak permanen sehinga pertumbuhan dan perkembangan anak bisa normal. Bila sudah terjadi keterlambatan, pengobatan dilakukan untuk mencegah gangguan yang lebih lanjut dan mengejar ketertinggalan pertumbuhan bayi semaksimal mungkin,” kata Yanni. (rez/rab)