
Jakarta – Banyak wanita yang mengidamkan pernikahan. Terkadang saking semangatnya mengejar impian menikah, mereka jadi tidak fokus, terutama dalam urusan yang paling mendasar, yaitu memilih calon pendamping yang tepat dan benar.
Tidak sedikit kaum hawa yang pada akhirnya terjebak atau hanya menjadi korban harapan palsu alias PHP pria. Parahnya, banyak korban PHP yang ternyata sudah berusia dewasa.
“Bahkan kasus PHP pada orang dewasa disertai modus yang lebih ‘cantik’ dan dengan manuver yang luar biasa,” kata Anggia Chrisanti, konselor dan terapis dari Biro Konsultasi Psikologi Westaria. “Jadi hanya karena merasa sudah dewasa, bukan berarti aman dari risiko PHP. Jangan-jangan malah kita salah satu korbannya?”
Siapa pun tentu tak mau jadi korban PHP? Yuk, cari tahu ciri-ciri orang yang sedang di-PHP, seperti yang diuraikan Anggia.
1. Korban PHP tidak sengaja
Anggia menjelaskan, dalam banyak kasus, laki-laki memang sering menjadikan dirinya sebagai pelaku PHP, sengaja ataupun tidak. Namun alasan yang biasanya terjadi adalah karena laki-laki cenderung lebih labil dibanding wanita yang lebih cepat matang dalam menjalani sebuah hubungan atau komitmen.
Anggaplah awalnya hubungan yang terjadi antara seorang laki-laki dan wanita ini saling tertarik dan nyaman. Namun di tengah perjalanan, laki-laki kemudian merasa belum siap untuk terikat dan berkomitmen (walaupun sekadar ‘pacaran’).
“Penyebabnya bisa macam-macam. Salah satunya pendapat yang menyatakan boys will always be boys. Ketika menjalani hubungan yang mulai serius, laki-laki kemudian merasa terkekang kebebasannya, misalnya untuk bermain atau berkumpul dengan teman-teman atau sekadar menjalankan hobinya,” kata Anggia.
“Di sinilah kemudian, mungkin tanpa niat sengaja, hubungan tanpa status yang tengah dijalani menjadi jalan di tempat. Untuk mengakhiri dan atau menyatakan dengan tegas untuk tidak melanjutkan ke arah serius pun tidak mungkin atau tidak berani. Akhirnya, menggantung dan malah memberi harapan palsu,” ujarnya.
2. Korban PHP sengaja
Hati-hati, tidak semua laki-laki senaif seperti digambarkan dalam model kasus PHP pertama. Kebanyakan justru yang memang sejak awal punya niat memberi harapan palsu. Caranya, dengan selalu baik kepada semua wanita atau yang memang punya tujuan tertentu. Mulai dari memanfaatkan kedekatan atau kenyamanan, hingga sexual thing dan atau financial thing. “Ada banyak kasus seperti ini,” kata Anggia.
3. Wanita PHP, penerima harapan palsu
Ini banyak yang terjadi tanpa disadari. Alih-alih selalu menyalahkan laki-laki sebagai pelaku PHP dan wanita sebagai korbannya, pada kasus ini malah wanitanya sendiri yang memposisikan diri sebagai penerima harapan palsu. “Karena kalau hanya curiga, belum tentu laki-lakinya benar pelaku PHP. Mungkin wanita inilah yang secara sadar atau tidak, menempatkan diri dalam posisi penerima harapan palsu,” kata Anggia.
Kondisi ini, menurut dia, biasanya terjadi pada mereka yang punya kecenderungan dependent atau tidak mandiri dalam hal emosi, perilaku, atau finansial. Lantaran tidak mandiri membuat mereka menjadi mudah dekat atau mudah percaya pada laki-laki yang bersedia ada untuknya, sesuai kebutuhannya. Misal, laki-laki yang sekadar rajin menyapa melalui aplikasi chatting, selalu mau jadi tempat curhat, siap antar-jemput, mau membayari ini-itu, dan lainnya.
Atau bisa juga dialami wanita-wanita yang tidak punya rasa percaya diri cukup baik. “Sehingga bantuan (gombalan, modus, PHP-an) dari laki-laki yang biasa saja sudah bisa membuat hatinya luluh lantak,” ujar Anggia. Contoh, sekadar disebut cantik saja sudah melambung hatinya. Akhirnya berharap terlalu besar, padahal laki-laki ini hanya menggodanya.
Sumber: Tempo.co